Thursday, July 10, 2025
home_banner_first
SUMUT

Bupati Tapteng Lepas Pawai Takbir Idul Adha 2025, Tekankan Makna Spiritual dan Sosial

journalist-avatar-top
Jumat, 6 Juni 2025 10.07
bupati_tapteng_lepas_pawai_takbir_idul_adha_2025_tekankan_makna_spiritual_dan_sosial

Bupati Tapteng, Masinton Pasaribu, saat melepas Pawai Takbir Idul Adha 2025. (f:ist/mistar)

news_banner

Tapanuli Tengah, MISTAR.ID

Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H/2025 M, Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu, didampingi Wakil Bupati Mahmud Efendi, secara resmi melepas pawai takbiran yang digelar di depan Masjid Agung Al Muslimin Tapteng, pada Kamis (5/6/2025) malam.

Dalam sambutannya, Bupati Masinton menyampaikan bahwa Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu hari besar dalam Islam yang sarat akan nilai spiritual, sosial, dan kemanusiaan.

“Perayaan Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah, yang bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci Makkah,” ujar Masinton di hadapan para peserta dan masyarakat yang hadir.

Makna Kurban: Ketaatan, Keikhlasan, dan Kepedulian Sosial

Masinton menjelaskan bahwa Idul Adha mengandung makna mendalam tentang ketaatan dan keikhlasan kepada Allah SWT.

Ia mengingatkan kembali kisah Nabi Ibrahim AS yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah, sebagai simbol ketundukan total terhadap kehendak-Nya.

“Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail mengajarkan kepada kita tentang pentingnya tunduk dan patuh pada perintah Allah, meskipun terasa berat,” katanya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa ritual penyembelihan hewan kurban bukan sekadar tradisi, tetapi juga simbol pengorbanan materi dan kepedulian sosial.

Daging kurban yang dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan keluarga menjadi bentuk nyata dari solidaritas dan rasa kemanusiaan, terutama kepada mereka yang membutuhkan.

Latihan Spiritual dan Pembersihan Diri

Masinton juga menyoroti bahwa berkurban adalah latihan spiritual, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan hati dari sifat duniawi, egoisme, dan kecintaan yang berlebihan terhadap materi.

“Makna Idul Adha adalah pembersihan diri dari sifat duniawi dijauhkan dari sifat egois dan cinta dunia yang berlebihan. Berkurban adalah bentuk latihan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membersihkan hati dari nafsu yang menyesatkan,” tuturnya.

Idul Adha sebagai Simbol Kesetaraan dan Persaudaraan

Selain sebagai bentuk ibadah, Bupati Masinton menyebut Idul Adha juga mengajarkan nilai kesetaraan dan persaudaraan, di mana umat Islam, baik yang kaya maupun miskin, dapat berkumpul, beribadah, dan berbagi bersama.

“Perayaan ini bukan hanya tentang memiliki, tetapi tentang mengabdi, berbagi, dan mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi nilai-nilai yang lebih tinggi,” ujarnya.

Momen Refleksi dan Penguatan Sosial

Di akhir sambutannya, Masinton mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Idul Adha sebagai momen refleksi spiritual, guna memperkuat keimanan, memperbaiki diri, serta mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.

“Secara keseluruhan Idul Adha mengajarkan bahwa kehidupan bukan semata tentang memiliki tetapi tentang berbagi mengabdi dan mengorbankan yang dicinta demi nilai yang lebih tinggi ini adalah momen refleksi spiritual untuk memperkuat Iman memperbaiki diri dan mempererat tali sosial dalam masyarakat,” tuturnya mengakhiri. (feliks/hm27)

REPORTER: